berikut jawabannya :)
PEMBELAJARAN JARAK JAUH
(Pembimbing : Timbul Pardede)
Good choice for
refreshing :D
1.
Perbedaan Model Pendidikan Tatap Muka dan Model
Pendidikan Jarak Jauh
a. Model
Pendidikan Tatap Muka
1.
Pengajar
(Guru/Dosen)
Apabila pada pendidikan tatap muka, bisa terjadi
interaksi langsung terhadap siswa ataupun mahasiswa. Bisa menjadi lebih dekat
dalam bidang pembelajaran, bertanya dan berinteraksi langsung tanpa harus
menunggu. Pengajar juga dapat memahami peserta didik lebih jauh dan kebiasaan
anak didik dalam proses pembelajaran.
2.
Peserta
Didik (Siswa/Mahasiswa)
Tidak jauh beda dengan pengajar, hal yang utama adalah
interaksi langsung dan mengetahui karakteristik pengajar. Dengan pendidikan
tatap muka kedisiplinan dapat lebih tercipta bagi peserta didik khususnya
karena selalu dipantau dan dikuasai waktu. Peserta didik juga dapat langsung
mengajukan pendapat namun seringkali terjadi kehati-hatian karena saling
pengenal dan pertemuan yang dominan terhadap pengajar. Dan hal terpenting
adalah akan terciptanya pertemuan dan pertemanan lebih banyak dari pada
pendidikan jarak jauh.
3.
Bahan
Ajar yang Digunakan
Tentu saja hal utama yang digunakan dalam pendidikan
tatap muka adalah buku, papan tulis dan perlengkapannya. Menguras suara dan
tenaga dalam pemaparan materi, interaksi kelas dan sebagainya. Namun tidak
menutup kemungkinan pada pendidikan tatap muka menggunakan media yang sedang
berkembang saat ini, seperti audio visual, internet dan sebagainya demi perkembangan
anak didik yang jauh lebih baik.
b. Model
Pembelajaran Pendidikan Jarak Jauh
1.
Pengajar
(Guru/Dosen)
Jelas sekali perbedaannya, bahwa pertemuan dan waktu
yang berperan penting sebagai pembeda. Interaksi yang dominan akan sulit
dilakukan karena kesibukan tersendiri. Pengajar juga cukup sulit mendeteksi apa
yang dilakukan peserta didik, kebiasaan peserta didik ketika proses
pembelajaran meski tidak menutup kemungkinan itu dapat dilakukan dengan baik.
2.
Peserta
didik (Siswa/ Mahasiswa)
Peserta akan kesulitan melakukan pendekatan dengan
pengajar. Bisa jadi suatu waktu akan terjadi pertemuan diluar proses
pembelajaran, akan tetapi karena tidak terlalu mengetahui antara sesama siswa,
dan pengajar maka mungkin tidak akan terjadi tegur sapa seperti halnya yang
biasa dilakukan pada pendidikan tatap muka. Bukan berarti tidak ingin menyapa
tetapi lebih tepat takut salah dalam menyapa. Di sini bisa saja disamakan
dengan tatap muka apabila sang peserta didik aktif di media dan menemukan
teman-teman baru untuk berinteraksi.
3.
Bahan
Ajar yang Digunakan
Yang utama adalah media berkembang saat ini, bisa
melalui internet yang mencakup LMS (moodle dan sebagainya) ataupun media sosial
lainnya, menggunakan handphonepun bisa dilakukan dan media audio visual
lainnya. Bukupun bisa menjadi media pembelajaran pribadi sebagai referensi.
Materi yang disampaikan pada PJJ dan PTM hampir sama.
2.
Keriteria yang dibutuhkan dalam proses
pembelajaran yang utama adalah “Orang yang tepat dengan Media yang tepat
ataupun memadai”. Adapun keriteria medianya itu sendiri yang memungkinkan dalam
memenuhi kebutuhan proses pembelajaran dalam PJJ adalah :
1. Ketersediaan
media yang menunjang untuk proses pembelajaran. Maksudnya bahwa adanya media
hal yang paling utama untuk dapat melakukan PJJ.
2. Kondisi
lingkungan. Maksudnya disini apabila kita melakukan PJJ, paling tidak hal utama
yang diperhatikan adalah jaringan dan internet agar dapat melakukan koneksi
terhadap pengajar, teman dan semua yang berhubungan dengan interaksi.
3. Media
tersebut sesuai dengan kemampuan peserta didik yang menerima pembelajaran.
Maksudnya adalah media yang digunakan dapat dibedakan tergantung pemakai/object
sepeti anak SMA dan kuliah.
4. Media
yang digunakan juga harus tepat guna. Artinya materi yang disampai melalui
media tersebut dapat dengan mudah dipahami peserta didik.
5. Kualitas
terbaik. Bukan berarti harga murah berkualitas rendah, intinya tergantung
kebutuhan dan pengguna
3.
Saya memulai dengan kendala perkembangan PJJ di
Indonesia, yaitu :
1. Keterbatasan
akses internet pada wilayah tertentu yang membutuhkan pendidikan. Sehingga
kebanyakan masyarakat terpencil memutuskan untuk tidak mengenyam ilmu pendidik
yang sangat penting di dunia luar saat ini.
2. Budaya
ICT sebagian mahasiswa dan tutor masih dianggap rendah. Mengapa? Karena
masyarakat Indonesia lebih memilih bekerja dengan desakan, seolah kita lupa
kalau telah merdeka. Apabila ada ujian online atau tugas online, respon akan
dilakukan secara lamban dan malas-malasan.
3. Motivasi
pembelajaran yang masih rendah. Itulah sebabnya yang pintar akan semakin
melejit dan yang kurang pintar akan semakin jauh tertinggal, karena tidak ada
motivasi diri yang tinggi untuk memupuk keinginan belajar. Lebis sering
mengeluh dan merasa rendah diri.
4. Hal
yang tak ketinggalan adalah peran ganda. Peran ganda dosen ataupun mahasiswa,
karena seringkali pembelajaran terhambat Karena berbagai alasan dan dijadikan
sebagai pilihan kedua. Oleh karena itu, peserta didik lebih lamban tamat, bukan
berarti tidak pintar melainkan kesibukan dan alas an lainnya.
Sekarang uraian
terakhir, Faktor pendukung perkembangan PJJ di Indonesia.
1. Jarak,
waktu dan kesempatan yang sulit diseimbangkan. Sehingga dengan adanya PJJ dapat
memberikan peluang bagi semua orang yang tetap ingin mendapatkan pembelajaran
2. Pemerataan
status dan keinginan. Hampir sama halnya dengan point di atas bahwa latar
belakang dan hambatan tidak menjadikan masalah selagi mau BELAJAR.
3. Semakin
perkembangnya teknologi di Indonesia.
4. Banyaknya
lulusan IT yang menciptakan suatu pembelajaran yang diperuntukkan untuk umum
tanpa harus tatap muka.
5. Keinginan
masyarakat dan bangsa disetarakan dengan Negara-negara berkembang dan tidak
ingin dianggap selalu ketinggalan.
Tanggerang Selatan, 3 Agustus 2012
Yeni Masitoh
No comments:
Post a Comment